animasi blog

Jumat, 01 Mei 2015

Ketika Persaudaraan Rapuh Karena Kepentingan Politis



     Banyak orang yang mengatakan bahwa "Janganlah sekali-kali anda masuk ke dunia politik, karena politik itu kejam tanpa memandang bulu yang mana kawan dan yang mana lawan", itulah perkataan atau ungkapan yang banyak orang bicarakan ketika seseorang terpuruk dalam efek politik tersebut. Secara pribadi ungkapan tersebut sangat cocok bagi para politikus yang mengutamakan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan banyak orang. Maka jangan heran ketika banyak pemberitaan media akhir-akhir ini tentang kacaunya para pemangku kepentingan orang banyak yang tersandung kasus-kasus yang merugikan negara disamping kinerja dan etika mereka yang masih dipertanyakan.

    Ada yang mengatakan bahwa politik itu adalah alat yang digunakan seseorang untuk menjadi tujuan pribadi demi suatu kepuasan bathin yang tidak akan pernah habisnya. Setiap lima tahun sekali banyak ditemukan spanduk para calon anggota dewan legislatif baik tingkat kota atau kabupaten, provinsi dan pusat. Banyak terlihat dengan jelas kampanye masing-masing partai politik untuk mendongkrak para kadernya demi terpilih sebagai wakil rakyat. Para calon pun tidak segan-segan mengeluarkan anggaran besar agar bisa mengambil hati rakyat, karena mereka berpikir dengan uang maka rakyat akan mudah untuk mendukungnya. Padahal dengan seiringnya perkembangan waktu meskipun tidak sedikit rakyat yang polos memilihnya, ada beberapa rakyat juga yang memanfaatkan situasi ini demi meraup keuntungan, sehingga tidak heran banyak calon anggota dewan yang mengeluarkan dana besar tetapi tidak terpilih yang mengakibatkan kerugian besar bahkan gangguan kejiawaan akibat terlilit hutang piutang yang besar selama berkampanye karena kekurangan modal.

    Yang lebih ironis lagi adalah ketika tali persaudaraan menjadi renggang akibat kepentingan politik ini. Persaiangan antara keluarga dalam berpolitik memang tidak dapat bisa dihindarkan, akan tetapi sikap sportifitas serta tali kekeluargaan harus diutamakan. Bukan berarti mereka tidak boleh berpolitik, tetapi bagaimana politik itu dapat berjalan dengan sehat, dapat menerima kekalahan bahkan itu dengan saudara sekalipun. Dampak yang begitu besar dari politik yang kurang sehat ini bisa mengacaukan persaudaraan yang sebelumnya terjalin dengan baik. Yang dikhawatirkan adalah efeknya bagi generasi setelahnya, sehingga menimbulkan perselisihan turun temurun tanpa ada penyelesaian masalah secara baik.

   Bukankan orang-orang terdahulu mengajarkan untuk saling mengenal, saling berbagi dan saling tolong menolong antara sesama saudara. Membangun secara bersama-sama potensi daerah dengan keindahan solidaritas, sekalinya ada perselisihan maka akan cepat diselesaikan dengan baik-baik atau tidak menimbulkan dampak yang begitu besar bagi generasi setelahnya. Itulah sebuah harapan yang sangat langka pada zaman ini yaitu bagi orang-orang yang mengutamakan kepentingan pribadi dengan kepentingan bersama bahkan saudara sekalipun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar